Mengapa diperlukan sebuah kebijakan? Ini berarti ada sesuatu permasalahan yang
harus diselesaikan. Seperti kebijakan penanggulangan bencana berarti terjadi
suatu bencana yang harus dicarikan cara penyelesaiannya. Demikian pula dengan
kebijakan lingkungan berarti ada permasalahan lingkungan yang harus ditangani.
Oleh karena itu untuk membuat suatu kebijakan agar tepat sasaran, maka harus
diketahui dahulu permasalahannya
Masa yang lalu, lingkungan
alam tidak dimasukkan dalam tema penting dalam pembuatan kebijakan, karena
lingkungan alam dianggap jumlahnya tidak terhingga. Hal ini disebabkan oleh
adanya anggapan individu bahwa:
- adopsi pelestarian lingkungan sebagai ukuran yang mengurangi keuntungan atau menambah biaya mereka.
- Lingkungan alam adalah barang yang bebas, karena hak milik tidak dapat didefinisikan dengan jelas.
Saat ini sangat perlu dibuat suatu kebijakan yang
berkaitan dengan masalah lingkungan karena berkaitan dengan pertimbangan
moneter dan non moneter.
Kebijakan
lingkungan yang mempengaruhi pertimbangan moneter.
Dengan adanya anggapan pada
perusahaan dan individu bahwa pelestarian lingkungan merupakan beban dan
merupakan suatu kegiatan yang dianggap tidak menguntungkan. Oleh karena itu harus
dicari instrumen kebijakan yang dapat menyangkal pendapat tersebut. Untuk saat
ini instrumen kebijakan yang ada merupakan
seperangkat insentif yang berhubungan dengan pendapatan. Perangkat insentif
yang berlaku ditujukan untuk meningkatkan perkembangan ekonomi dan dalam banyak
hal tentunya ini tidak konsisten dengan tujuan memulihkan atau memelihara
kualitas lingkungan. Contohnya, perusahaan pertambangan mendapatkan insentif
pajak yang rendah sedangkan petani mendapat subsidi sarana produksi pertanian
untuk meningkatkan produksi. Namun pada kenyataan di lapangan, perusahaan
penambangan akan mengeksploitasi lahan dan hutan untuk meningkatkan
produksinya, sehingga ekosistem lingkungan alam menjadi rusak.
Di sektor pertanian pemberian subsidi sarana produksi pertanian terutama subsidi pupuk yang meningkatkan pemakaian pupuk akan menimbulkan masalah degradasi tanah.. Dari contoh ini terlihat bahwa sebagian besar insentif yang berhubungan dengan pendapatan yang dirancang untuk meningkatkan pertumbuihan ekonomi secara tidak sengaja justru menimbulkan degradasi lingkungan. Untuk itu perlu dikaji kembali pertimbangan moneter yang berpengaruh pada seluruh aspek tujuan nasional, termasuk kualitas lingkungan.
Di sektor pertanian pemberian subsidi sarana produksi pertanian terutama subsidi pupuk yang meningkatkan pemakaian pupuk akan menimbulkan masalah degradasi tanah.. Dari contoh ini terlihat bahwa sebagian besar insentif yang berhubungan dengan pendapatan yang dirancang untuk meningkatkan pertumbuihan ekonomi secara tidak sengaja justru menimbulkan degradasi lingkungan. Untuk itu perlu dikaji kembali pertimbangan moneter yang berpengaruh pada seluruh aspek tujuan nasional, termasuk kualitas lingkungan.
Ada beberapa kebijakan moneter yang
memperhitungkan unsur lingkungan yaitu:
- Penataan silang.
Prinsip penataan silang sangat penting untuk kebijakan
di sektor pertanian yaitu hanya petani yang dapat mempertahankan standar
konservasi tanah dengan memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam program
umum bantuan pertanian yang dapat memperoleh keuntungan atau pendapatn yang
lebih tinggi. Sedang untuk perusahaan, hanya perusahaan yang melakukan
pemeliharaan lingkungan yaitu yang mengurangi emisi gas buang yang mendapatkan
subsidi atau konsesi pajak untuk pengembangan produksinya. Ini berarti bahwa
harus didefinisikan dengan jelas mengenai standar lingkungan untuk berbagai
aktivitas ekonomi.
b. Rente sumber daya alam
Dalam hal ini instrumen yang dapat
diterapkan adalah sistem perpajakan,
terutama yang berhubungan dengan dengan pengambilam sumber-sumber alam. Para pakar ekonomi menyatakan bahwa pajak yang dikenakan
pada penggalian sumber daya alam harus sebanding dengan rente ekonominya (economic rent), yang merupakan jumlah
rente perbedaan (differential rent) dan rente kelangkaan (scarcity rent). Differential
rent adalah perbedaan antara harga sumber dengan marjinal dari penggalian. Scarcity rent adalah pembayaran tambahan
yang harus dilakukan pada saat marginal
user cost dimasukkan dalam komponen biaya. Untuk memperjelas dapat
diterangkan dengan gambar di bawah ini.
Gambar 1 Ilustrasi rente ekonomi dari ekstraksi sumber
Dalam gambar dijelaskan bahwa jika marginal user cost dimasukkan dalam
komponen biaya, maka kita akan membayar differential
rent sebesar area OPA dan scarcity
rent sebesr area PP*CE pada gambar 1. Dengan memasukkan scarcity
rent ini maka akan mengurangi penggalian. Apabila akan dikenakan beban
pajak yang berada pada posisi economic
rent dan scarcity rent maka akan
mengakibatkan perilaku produksi yang menjaga lingkungan.
- Pajak penalti
Sistem ini dibuat untuk
mencegah penggunaan sumber alam sebagai convenient
dumping ground for wastes. Pada Gambar 2 diterangkan bahwa sumbu horizontal
menunjukkan kuantitas polusi dari kiri ke kanan dan jumlah pengendalian polusi
dari kanan ke kiri. Kurva biaya biaya marjinal pengendalian pencemaran (MBP)
menunjukkan sejumlah kenaikkan polusi yang juga meningkat. Biaya social
marjinal karena pencemaran (MBS) menjelaskan kerusakan akakibat polusi,
termasuk keuntungan dari kenikmatan atau fasilitas lingkungan yang harus
dikorbankan. Dari gambar tersebut menunjukkan kerangka bahwa tingkat optimal
yang bias ditolerir dari polusi adalah sebesar OQ dan pajak yang harus ditanggung
perusahaan sebesar PT.Besaran pajak iniu menunjukkan bahwa perusahaan tidak
akan membuat pencemaran diatas OQ. Jika dikaitkan dengan kondisi di Indonesia,
meningkatnya pencemaran air dan udara menunjukkan bahwa ukuran pajak penalty
belum cukup tinggi. Kenyataannya masih banyak industri yang membuang limbahnya
yang termasuk dalam kategori B3 ke lautan.
- Insentif untuk teknologi hemat polusi
Ada pemikiran bahwa
sebaiknya pajak pinalti dikombinasikan dengan sistem insentif untuk
menghasilkan teknologi yang dapat mengurangi polusi. Insentif ini dapat
membalikan efek regresif yang diakibatkan oleh pajak pinalti. Misalnya, gerakan
menuju pemanfaatan energi matahari sangat mengurangi emisi gas rumah kaca.
Untuk Indonesia
yang masih fokus pada produksi produk primer, hal ini sangat menguntungkan jika
mengembangkan teknologi untuk alat pertanian dan mineral untuk diekspor. Namun
kenyataan yang ada menunjukkan bahwa penggalian batu bara dari bawah tanah
menyebabkan gangguan ekologi yang berarti pembakaran batu bara menyebabkan
polusi udara sehingga menyebabkan emisi rumah kaca. Oleh karena penting sekali
menerapkan sistem insentif yang sesuai guna untuk mengalihkan penggunaan sumber
yang mengakibatkan polusi menuju kegiatan yang lebih berwawasan lingkungan.
Salah satu kegiatan yang patut diberikan insentif yaitu kegiuatan daur ulang,
karena akan mengurangi pemanfaatan sumber alam untuk produksi. Contohnya, untuk
industri gelas, akan mengurangi penambangan pasir sebagai bahan baku, Daur ulang kertas,
jelas akan mengurangi penggunaan kayu untuk bahan pulp. Oleh karena itu
pertimbangan dalam kebijakan ini adalah:
- Harus ada penentuan antara insentif untuk produksi dengan ketaatan pada standar lingkungan
- Pajak atas penggalian sumber harus memasukkan rente ekonomi dan rente kelangkaan ya g ditujukan untuk masyarakat.
- Ukuran pajak penalti atau polusi harus cukup besar guna meyakjinkan bahwa emisi masih dalanm tingkat yang secara ekologis bias ditolerir
- Seperangkat insentif harus diadakan untuk menunjang kegiatan pengurangan polusi.
Sedangkan kebijakan yang
mempengaruhi pertimbangan non moneter yang secara tidak langsung berkaitan
dengan pendapatan meliputi:
a.
Pemilikan dan hak milik
Tidak adanya atau terbatasnya kepemilikan kepemilikan sering
menjadi hambatan untuk upaya pelestarian lingkungan, seperti tidak adanya
pemilik dari suatu sungaiatau pantai menyebabkan banyak perusahaan dan
masyarakat yang membuang limbahnya ke badan sungai atu pantai. Mengapa? Sebab
seluruh badan sungai dan pantai adalah bebas akses untuk kepentingan bersama,
sehingga setiap individu akan akan memaksimumkan utilitasnya sehingga
menurunkan kualitas dan kuantitas sumber daya alam. Alternatif pemecahannya
adalah memberikan hak kepemilikan secara kolektif kepada penggunanya dengan
argumentasi bahwa apabila sumber-simber dimiliki secara kolektif maka
pemiliknya akan menghindari pemanfaatan yang diskriminatif. Contoh yang nyata
adalah pada pemanfaatan hutan dan lahan pertanian yang dapat berkelanjutan,
sebab kepemilikannya didefinisikan secara spesifik dan jelas serta
aturan-atuyran pemanfaatannya ditetapkan dengan jelas pula. Misalnya di Bali
masih banyak lahan yang dikelola bersama berdasarkan awig-awig (peraturan
secara tradisional) sehingga lahan tersebut dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan. Namun ada juga pemberian hak kepemilikan yang tidak dapat
menjaga kelesatariannya, yaitu pada pemberian hak penggunaan hutan dalam jangka
waktu lama (sekitar dua puluh tahunan)/ Hal ini disebabkan adanya
ketidakpastian akan keberlanjutan hak pengelolaansehingga timbul keengganan
untuk melakukan upaya pelestarian.
b. Pendidikan
Sebenarnya hubungan antara
pendidikan dan penggunaan praktik manajemen yang berwawasan lingkungan adalah
mutlak, apalagi dalam sektor pertanian. Seperti di Amerika Serikat dan Australia,
menunjukkan bahwa para petani yang menggunakan rambu-rambu konservasi tanah dan
air adalah mereka ysng memiliki pendidikan. Pendidikan sebenarnya bertujuan
untuk menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan
merubah pola sikap terhadap permasalahan lingkungan. Perubahan sikap ini sangat
penting baik pada Negara maju maupun pada Negara sedang berkembang. Pada Negara
maju diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan standar hidupnya,
sedangkan pada Negara berkembang untuk mencapai standar hidup seperti Negara
maju.
c. Tekanan penduduk
Terdapat bukti bahwa penebangan hutan secara terus menerus dan
penggunaan lahan kritis yang semakin
meningkat disebabkan oleh cepatnya laju pertumbuhan penduduk. Kebijakan
pengendalian tekanan penduduk sebagai upaya untuk pelestarian lingkungan lebih
relevan diterapkan di negara dunia ke
tiga dibandingkan dengan di negara maju. Banyak ahli berpendapat bahwa laju
pertumbuhan penduduk yang tinggi adalah akibat dari kemiskinan. Sehingga untuk
mengurangi laju pertumbuhan penduduk langkah kebijakan yang harus dilaksanakan
adalah mengurangi kemiskinan. Sedang langkah efektif pengurangan jumlah
penduduk adalah dengan keluarga berencana, namun hal ini harus dibarengi dengan
peningkatan pendidikan masyarakat. Selain itu harus pula dilakukan
desentralisasi, yaitu aktivitas pergerakan tertentu menjauhi pusat kota metropolitan menuju
ke daerah-daerah. Sehingga permasalahan lingkungan yang cenderung terjadi di kota besar seperti banjir,
kekumuhan dan permasalahan lainnya dapat dikurangi.
No comments:
Post a Comment